Masjid Raya Bandung

0 komentar Senin, 29 Desember 2008

Ini masjid kebanggan masyarakat Bandung

Sesuai dengan konsepnya sebagai pusat kota, maka masjid ini menjadi bagian dari alun-alun, kantor pos (Kantor Pos Besar – Asia Afrika), penjara (Banceuy), dan tentu saja pasar (Dalem Kaum, King Plaza, Yogya Plaza, pasar Baru, ABC, dan pasar sekitarnya.

Di halaman depan masjid ini ada taman yang baru berumur lima tahun ini (kalau nggak salah ingat), ada air mancur, menara megah, tempat duduk, pokoknya tempat terbuka sehingga banyak anak-anak bermain di sini.

read more “Masjid Raya Bandung”

Masjid Al Mubarok - Buah Batu Regency

0 komentar Selasa, 23 Desember 2008

Masjid ini ada di dalam komplek Buah Batu Regency, salah satu komplek elit di Bandung. Ini perumahan miliknya MS Hidayat (Ketua Kadin ?), perusahaan dibaliknya adalah Puteraco Indah yang punya banyak bisnis properti di Bandung, termasuk BIP juga kalau nggak salah tuh.


Well, biasanya memang punya kelebihan tersendiri, minimal dalam hal bangunan, dibandingkan dengan masjid “biasa” lainnya. Maklum, kan di tengah-tengah pemukiman kaya.

Aku nggak sempat masuk ke dalam, cuma mengamati sepintas saja dari luar. Cantik nian Masjid ini. Sayang banget kalau nggak dioptimalkan dengan baik. Mudah-mudahan makmur juga dalam hal berbagai kegiatan yang ada di dalamnya. Amin.


Keadaan luarnya sangat bersih, terkesan sangat terawat. Pilihan arsitekturnya pun keren. Posisinya juga sangat strategis, dekat dengan perempatan pertama di lingkungan perumahan itu.

Terbayang kalau di dalam masjid ini juga ada internetnya. Takmir masjid bisa saling berkomunikasi dengan para stakeholder sekitar perumahan via web. Hebat kan? Dan itu gak mahal kok, cukup seratus ribu atau lebih dikit udah cukup untuk menyebarkan berita dan informasi penting lainnya seputar kegiatan masjid. Coba tengok http://www.mesjidsundakelapa.or.id/ wah rajin benar itu takmir.

Kalau mau sih, all masjid yang masuk kategori "besar" atau mewah, bisa melakukannya. Kalau mau si

read more “Masjid Al Mubarok - Buah Batu Regency”

Masjid PERSIS GBA 1 Bojongsoang

0 komentar Jumat, 24 Oktober 2008

Selain Al Hikmah, ada masjid yang jaraknya lebih dekat dari rumah kontrakan saya, yaitu masjid PERSIS. Dinamakan begitu karena organisasi ini yang mungkin support dalam penyelenggaraan kegiatan masjid, termasuk mungkin bangunannya secara fisik.


Masjid ini penuh kenangan juga pada romadlon kemarin, yaitu tempat saya dan istri melakukan sholat tarawih. Tidak mengira juga ada masjid yang ternyata justru lebih dekat. Saya mengetahui pada awalnya karena melihat pak Udi, salah satu penjaga keamanan di komplek saya, hendak menuju masjid tersebut.
read more “Masjid PERSIS GBA 1 Bojongsoang”

Masjid Al Hikmah Bojongsoang

0 komentar
Ini masjid adalah salah satu masjid kesayangan di komplek dimana saya tinggal di rumah kontrakanku di Bojongsoang. Lokasinya ada di RW 15, ada sawah di depannya. Senangnya kalau menuju ini masjid, saya “harus” melewati jalan yang memisahkan sawah dan komplek GBA 1. Nuansanya jadi kayak separuh-separuh di desa, dan sesekali mengingatkan saya pada memori lama waktu kecil di Malang dan Bondowoso suka berpetualang di sawah hanya untuk cari belalang, belut dan ikan “jibut”.

Masjid Al Hikmah ini saat tulisan ini dibuat masih belum selesai pemugaran atau pembangunannya. Direncanakan dua tingkat, namun tingkat atasnya belum selesai, entah kehabisan dana atau bagaimana tuh, saya sendiri nggak tahu. Ciri bangunannya sih biasa saja, hanya yang agak unik di pintu dan jendelanya ada ornamen pemanis dari kayu yang membentuk bintang segi delapan. Tadinya saya mengira itu mirip swastika, takutnya kalau itu benar berarti pengurusnya nggak ada yang tahu tentang lambang itu dong. Tapi kayaknya sih bukan, kalau memang iya, pasti sudah lama banyak yang memprotesnya. 

Yang membuat saya senang di masjid ini adalah kesan “luas”-nya, jadi sholat di situ serasa lapang. Saya juga pengagum Imamnya, kalau nggak salah namnya pak Dadang. Suaranya agak terdengar berat, tapi sangat bersahaja. Kalau sedang baca ayat, misalnya dalam sholat, terlebih lagi saat membaca doa setelah zikir, khas sekali, sunda dan unik, dengan lembut dan terdengar sopan sekali. Suatu pelajaran dan inspirasi bagi saya.
Pak Dadang ini pula yang dalam bulan Romadlon kemarin mengajarkan saya dan beberapa peserta pengajian lainnya tentang bagaimana mengurus jenasah. Kursus yang jarang-jarang ada, dan saya sangat beruntung sempat megikutinya. Alhamdulillah. Sempat saat itu saya mengajukan beberapa pertanyaan ke beliau.

Tentang sawah di depan masjid, sekitar dua hari lalu saya sempat melihat pemandangan yang menakjubkan, bagi saya. Menjelang maghrib, ketika saya lewat, agak kaget juga karena sawah sudah gundul, ternyata sedang ada panen. Orang-orang banyak berkerumun di rumah kecil yang ada di salah satu sudut sawah, dan saya lewati juga rumah itu. Saya melihat senyum dan canda orang-orang itu. Hepi banget, mungkin karena panen itu membuat mereka bisa mendapat supply bagi dapur mereka. Tampak truck mulai berangkat mengangkut karung-karung berisi gabah. Sayangnya, kok nggak pada berangkat sholat, padahal sudah adzan, dan mesjid berada persis di depan mereka semua. Saya sih berfikir positif saja, mungkin mereka sebentar lagi akan pulang, mandi dan segera juga melaksanakan sholat. Mungkin tidak segera ke masjid karena kondisi mereka sudah kotor dan berkeringat.


Masjid ini juga bercirikan nyaringnya anak-anak bercanda. Baru saja malam ini saya sholat isak di sana, wah sebelah saya terdapat anak-anak yang berceloteh dan malah maen tebak-tebakan, padahal waktu itu sedang dilaksanakan sholat berjamaah. Ampun deh anak-anak. Kenapa orang tuanya tidak bisa mendeteksi kenakalan mereka di masjid? Ataukah para orang tua sudah nggak peduli lagi dengan sifat cuek mereka ? Terus terang saya sendiri agak sungkan mau kasih nasehat, karena takutnya ada orang tua mereka di situ, yang bisa saja tidak terima kalau anaknya “dimarahi”. Tapi saya sih sadar, bahwa yang beginian sudah ada tradisinya sejak dulu, anak-anak pasti bikin ribut dan maen kejar-kejaran di masjid. Tapi kalau nggak ada mereka, pasti nggaks seru juga, asal jangan keterlaluan.


Oya, dekat sawah sini, tanpa sengaja saya berjumpa dengan pak Juwari, teman di perusahaan tempat saya kerja. Dia berkantor di Bandung, kantor di Cilaki. Pada suatu program, saya adalah salah satu peserta didiknya. Lebih kebetulan lagi, di sebelah rumahny juga ada rumah pensiunan perusahaan saya. Wah, banyak juga teman-teman kantor mengambil rumah di komplek GBA ini.
Ya begitulah masjid Al Hikmah ini, suatu masjid yang memberi kenangan tersendiri bagi saya, terutama saat saya menjalankan ibadah puasa tahun 2008 ini, walaupun tarawihnya nggak pernah di situ, karena kalau nggak salah saya pernah dengar kalau di masjid ini menggunakan sistem 23 rokaat tarawih plus witir-nya. Saya pendukung yanng 11 rokaat, walupun masih dengan alasan kekanakan dan nggak intelek, yaitu karena jumlah rokaatnya lebih kecil. He..he..

Saya berdoa agar saya dapat banyak limpahan rejeki dan kebahagiaan dari Allah di masjid ini. Dan semoga mesjid ini akan banyak membantu umat pencintanya untuk lebih taat lagi pada Allah. 


Amin.
read more “Masjid Al Hikmah Bojongsoang”

Musholla Bikasoga Buah Batu

0 komentar



Ini musholla hanya saya kunjungi kalau sedang maen futsal di Bikasoga. Di tempat ini selain ada sarana futsal, juga ada kolam renang, gym, ruang serba guna, dan mungkin ada lainnya (saya sempat belum scanning secara rinci).


Sebenarnya musholla ini lumayan bersih juga, terutama yang nampak dominan adalah kebersihan lantai di depan ruang kamar mandi dan wudlu-nya, yg juga persis di depan pintu masjid. Di depan ada kursi kayu panjang tempat menunggu atau mungkin untuk tempat orang melepas dan memasang sepatu atau sekedar menunggu teman atau keluarganya yang mungkin sedang sholat.


Saya sempatkan untuk ambil beberapa gambar, walaupun dari sudut ”sekenanya”, hitung-hitung sebagai kenang-kenangan jika nanti sudah jarang ke sini lagi. Sempat ke mushola ini memang hanya saya lakukan seminggu sekali saja, itupun kalau saya dan teman-teman bermain futsal, dan itupun jika waktu sholatnya diperkirakan sudah agak mepet (he..he..), kalau masih lama deadline-nya, biasanya saya pilih sholat di rumah saja.

read more “Musholla Bikasoga Buah Batu”

Ash-Shofia Dayeuhkolot, antara Masjid dan Pasar

0 komentar Sabtu, 18 Oktober 2008
Alhamdulillah, hari ini baru saja saya berkesempatan sholat (ashar) untuk pertama kalinya di masjid nan unik ini. Tadinya tidak terpikir sebelumnya akan disempatkan Allah untuk ke sana, karena niat dari awal adalah “bersama istri tercinta makan siang di warung sunda kesukaan kami di jalan Bojongsoang, terus mencari dispenser di pasar Dayeuhkolot”.

Masjid ini diresmikan sekitar tiga bulan lalu oleh Pak Jusuf Kalla, tepatnya tanggal 29 Agustus 2008, dua hari sebelum puasa. Terkenal dengan keunikannya memiliki konsep memadukan pasar dengan masjid, alias ya masjid ya pasar. Maksudnya adalah bahwa gedung dimana masjid ini berada memiliki tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk pasar, yang kebanyakannya menjual baju-baju, lantai dua untuk masjid khusus ikhwan dan lantai tiga untuk akhwatnya. Saya pernah baca di koran bahwa lantai tiga digunakan untuk TPA. Tapi tadi saya lupa membuktikannya, dan yang saya llihat tadi sih cuma ada masjid saja di atasnya. Jelas tidak kelihatan ada anak-anak sekolah TPA mungkin karena ini hari Sabtu atau karena harinya sudah sore.

Katanya pembangunan mesjid ini menghabiskan biaya Rp. 13 Milyar lebih. Kata Ash Shofia kira-kira kami arikan sebagai kelembutan, sedangkan pusat perniagaan diberi nama Raharja Plasa, dimana raharja diambil dari bahasa Sunda berarti kemakmuran atau kesejahteraan.

Untuk masuk ke dalamnya tentu harus menaiki tangga yang telah disediakan. Maklum mungkin karena kondisinya masih baru, jadi masih terkesan serba bersih dan teratur. Ada tempat wudlu yang dibagi dua ruang yaitu untuk akhwat dan ikhwan dengan penjaganya masing-masing, mungkin yang ke toilet atau buang air diwajibkan membayar (biasanya begitu aturan mainnya).

Masuk ke dalam ruang sholatnya sendiri, wah…lumayan juga. Terkesan cukup modern, dengan beberapa asesoris seperti speaker, lampu dan penataan mimbar yang lumayan uptodate. Saya jadi mikir nih, mungkin enak juga kalau tiap masjid besar yang baru selesai dibangun diresmikan oleh pejabat tinggi (negara), pasti akan dipoles dengan sungguh-sungguh. Wah, saya kok jadi rada suudzon gini ya.

Sempat saya sholat berjamaah ashar di sana. Alhamdulillah ya Allah, Engkau sempatkan hamba mencium lantai salah satu masjid indah-Mu ini. Semoga hati hamba Engkau rindukan dengan masjid ini dan masjid-masjid-Mu lainnya. Amin.

Bicara masjid, tentu saya menginginkan bisa menjadi sentra semua kegiatan yang positif, bukan melulu persoalan ibadah saja, tapi juga ekonomi, budaya dan politik serta tentunya pendidikan.

Sudah semakin langka saja tempat terbuka yang dapat dijadikan tempat “bermain dan kumpul-kumpul” para bocah-bocah kecil, remaja dan orang tua. Saya sangat mendukung jika program menjadikan masjid sebagai barang substitusi untuk hal itu, tapi tentu saja “bermain” di sini perlu diluruskan, bukan bermain dalam pengertian bercanda, teriak-teriak, kejar-kejaran. Tapi bermain dalam arti saling mengenal, saling memberi informasi yang bermanfaat dan saling membantu.

Saya termasuk orang yang tidak alergi dengan teriakan anak-anak yang bermain di sela-sela pengajian usai sholat maghrib yang dilakukannya misalnya, walaupun ada sebagian yang menganggapnya perlu diluruskan. Karena masjid tanpa suara anak-anak di dalamnya, terasa hambar. Biarlah mereka belajar mencintai masjidnya, dengan tidak menjadikan masjid terkesan “angker, galak, kaku”. Tentu saja jika berlebihan harus diluruskan juga, tentunya dengan penuh kasih sayang dan mekanisme pendidikan yang modern sesuai jaman namun tetap efektif.

read more “Ash-Shofia Dayeuhkolot, antara Masjid dan Pasar”

Masjid Raya Bantul, Mimbar Gunungan yang Mempesona

0 komentar Sabtu, 04 Oktober 2008
Tanggal 4 Oktober 2008, dalam acara mudik ke Jogja, saya bersama Ibu, istri dan adik-adik menyempatkan sholat dzuhur ke masjib raya Bantul di Jogja. Saat itu baru saja kami selesai mengunjungi keluarga besar kami di Desa Brosot yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kulon Progo Jogjakarta. 

Masjid ini memiliki halaman yang sangat luas, dengan bangunan yang untuk ukuran umum masuk kategori besar. Maklum adalah masjid kabupaten. 

Masuk ke dalam halamannya, saya melihat banyak orang pada istirahat di ruang besar di terdepannya, sebagiannya tiduran, sebagian lagi nampak ngobrol dengan teman atau keluarganya mungkin. Suasana ramai seperti ini mungkin karena masih dalam suasana lebaran yg jatuh pada tgl 1 Oktober lalu.

Sayangnya masjid ini tidak memiliki tempat wudlu dan tempat buang air kecil yang indah nan sehat. Saya melihat fasilitasnya seolah hanya diatur sekenanya saja. Lantainya juga terkesan sudah lama, walaupun ruang wudlu nya sangat luas untuk ukuran kebanyakan masjid. Ya sudahlah, saya kok jadi agak geram juga dengan pengurusnya. Mendingan agak kecil saja tapi lantainya diganti putih dengan keran yang terkesan modern nan uptodate. Pasti ini masjid kelihatan lebih kinclong.

Masuk ke dalam ruang sholatnya sendiri, saya bersama Ibu menyempatkan sholat berjamah jamak untuk zhuhur dan ashar. Pelajaran kemarin sore dimana saya sholat ashar hampir menjelan maghrib di daerah Petanahaan gara-gara “sombong” tidak melakukan jamak saat diberi kesempatan Allah sholat Jumat di daerah sekitar Gombong, akibat kesulitan mencari masjid dalam perjalanan menyusuri Petanahan (kami mencoba menghindari macet menuju Jogja, jadi tidak melewati Purworejo, tapi dari Gombong kami belok kanan menuju Kulon Progo Joga lewat Petanahan, sekalian mencoba jalan Trans Jawa, kalau tidak salah, yang sudah jadi untuk beberapa kilometer menjelang sampai Jogja).

Lihat foto Ibu saya “bergaya” di dalam masjid Bantul ini. Tiangnya berukir gaya Jawa dengan mimbar yang dibelakangnya ada replika besar wayang “gunungan” namanya kalau tidak salah. Hm, Alhamdulillah Mom suka masuk-masuk ke masjid, semangat 45, seperti seringnya beliau kala bercerita tentang masjid Nabawi dan di Mekah juga masjid di Brunai yang dulu sempat beliau kunjungi saat umroh. Wah, saya kok jadi ngiri nih ama Mom. Allah, sempatkan hamba menginjak masjid-masjidmu di tanah Nabi hamba.

Keluar masjid, saya mendapati istri selesai makan rujak yang dijual di penjajanya menggunakan dorongan. Gantian saya menunggu adik-adik selesai sholat. Hm, menyenangkan juga suasana di halaman masjid ini. Saya sempat hampir limabelas menit ngobrol ngalor ngidul dengan Mom. Temanya saya lupa deh. Tapi deru hembus angin saat itu menyegarkan jiwa raga saya, dan itu juga yang saya harapkan akan terus dialami oleh Masjid Raya Bantul tercinta ini. Semoga Allah selalu menjagamu. Amin.

read more “Masjid Raya Bantul, Mimbar Gunungan yang Mempesona”