Masjid Al Hikmah Bojongsoang

Ini masjid adalah salah satu masjid kesayangan di komplek dimana saya tinggal di rumah kontrakanku di Bojongsoang. Lokasinya ada di RW 15, ada sawah di depannya. Senangnya kalau menuju ini masjid, saya “harus” melewati jalan yang memisahkan sawah dan komplek GBA 1. Nuansanya jadi kayak separuh-separuh di desa, dan sesekali mengingatkan saya pada memori lama waktu kecil di Malang dan Bondowoso suka berpetualang di sawah hanya untuk cari belalang, belut dan ikan “jibut”.

Masjid Al Hikmah ini saat tulisan ini dibuat masih belum selesai pemugaran atau pembangunannya. Direncanakan dua tingkat, namun tingkat atasnya belum selesai, entah kehabisan dana atau bagaimana tuh, saya sendiri nggak tahu. Ciri bangunannya sih biasa saja, hanya yang agak unik di pintu dan jendelanya ada ornamen pemanis dari kayu yang membentuk bintang segi delapan. Tadinya saya mengira itu mirip swastika, takutnya kalau itu benar berarti pengurusnya nggak ada yang tahu tentang lambang itu dong. Tapi kayaknya sih bukan, kalau memang iya, pasti sudah lama banyak yang memprotesnya. 

Yang membuat saya senang di masjid ini adalah kesan “luas”-nya, jadi sholat di situ serasa lapang. Saya juga pengagum Imamnya, kalau nggak salah namnya pak Dadang. Suaranya agak terdengar berat, tapi sangat bersahaja. Kalau sedang baca ayat, misalnya dalam sholat, terlebih lagi saat membaca doa setelah zikir, khas sekali, sunda dan unik, dengan lembut dan terdengar sopan sekali. Suatu pelajaran dan inspirasi bagi saya.
Pak Dadang ini pula yang dalam bulan Romadlon kemarin mengajarkan saya dan beberapa peserta pengajian lainnya tentang bagaimana mengurus jenasah. Kursus yang jarang-jarang ada, dan saya sangat beruntung sempat megikutinya. Alhamdulillah. Sempat saat itu saya mengajukan beberapa pertanyaan ke beliau.

Tentang sawah di depan masjid, sekitar dua hari lalu saya sempat melihat pemandangan yang menakjubkan, bagi saya. Menjelang maghrib, ketika saya lewat, agak kaget juga karena sawah sudah gundul, ternyata sedang ada panen. Orang-orang banyak berkerumun di rumah kecil yang ada di salah satu sudut sawah, dan saya lewati juga rumah itu. Saya melihat senyum dan canda orang-orang itu. Hepi banget, mungkin karena panen itu membuat mereka bisa mendapat supply bagi dapur mereka. Tampak truck mulai berangkat mengangkut karung-karung berisi gabah. Sayangnya, kok nggak pada berangkat sholat, padahal sudah adzan, dan mesjid berada persis di depan mereka semua. Saya sih berfikir positif saja, mungkin mereka sebentar lagi akan pulang, mandi dan segera juga melaksanakan sholat. Mungkin tidak segera ke masjid karena kondisi mereka sudah kotor dan berkeringat.


Masjid ini juga bercirikan nyaringnya anak-anak bercanda. Baru saja malam ini saya sholat isak di sana, wah sebelah saya terdapat anak-anak yang berceloteh dan malah maen tebak-tebakan, padahal waktu itu sedang dilaksanakan sholat berjamaah. Ampun deh anak-anak. Kenapa orang tuanya tidak bisa mendeteksi kenakalan mereka di masjid? Ataukah para orang tua sudah nggak peduli lagi dengan sifat cuek mereka ? Terus terang saya sendiri agak sungkan mau kasih nasehat, karena takutnya ada orang tua mereka di situ, yang bisa saja tidak terima kalau anaknya “dimarahi”. Tapi saya sih sadar, bahwa yang beginian sudah ada tradisinya sejak dulu, anak-anak pasti bikin ribut dan maen kejar-kejaran di masjid. Tapi kalau nggak ada mereka, pasti nggaks seru juga, asal jangan keterlaluan.


Oya, dekat sawah sini, tanpa sengaja saya berjumpa dengan pak Juwari, teman di perusahaan tempat saya kerja. Dia berkantor di Bandung, kantor di Cilaki. Pada suatu program, saya adalah salah satu peserta didiknya. Lebih kebetulan lagi, di sebelah rumahny juga ada rumah pensiunan perusahaan saya. Wah, banyak juga teman-teman kantor mengambil rumah di komplek GBA ini.
Ya begitulah masjid Al Hikmah ini, suatu masjid yang memberi kenangan tersendiri bagi saya, terutama saat saya menjalankan ibadah puasa tahun 2008 ini, walaupun tarawihnya nggak pernah di situ, karena kalau nggak salah saya pernah dengar kalau di masjid ini menggunakan sistem 23 rokaat tarawih plus witir-nya. Saya pendukung yanng 11 rokaat, walupun masih dengan alasan kekanakan dan nggak intelek, yaitu karena jumlah rokaatnya lebih kecil. He..he..

Saya berdoa agar saya dapat banyak limpahan rejeki dan kebahagiaan dari Allah di masjid ini. Dan semoga mesjid ini akan banyak membantu umat pencintanya untuk lebih taat lagi pada Allah. 


Amin.

0 komentar: